Breaking News
Home / Bussines / Market Meski Sempat Koreksi, Laju Harga Emas Sulit Dibendung 13 August 2019 06:00 WIB – CNBC Indonesia

Market Meski Sempat Koreksi, Laju Harga Emas Sulit Dibendung 13 August 2019 06:00 WIB – CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia

– Harga emas dunia kemarin akhirnya terkoreksi setelah reli panjang pekan lalu. Padahal di awal perdagangan sempat menguat, tapi aksi ambil untung atau profit taking pada logam mulia tak terhindarkan.

Jangan salah harga emas masih dekat dengan US$ 1.500/troy ounce, setelah sempat menyentuh level tertinggi US$ 1.510/troy ounce.

Namun koreksi tersebut tampaknya hanya berlangsung sementara.

Secara teknikal, melihat grafik harian harga emas masih cenderung bergerak di atas rata-rata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), dan MA 21 hari (garis merah), dan atas MA 125 hari (garis hijau).

Indikator rata-rata pergerakan konvergen divergen (MACD) di wilayah positif dan bergerak naik, histogram juga di area positif. Indikator ini memberikan gambaran peluang penguatan emas dalam jangka menengah.

Pada time frame 1 jam, emas bergerak di kisaran MA 8, dan MA 21 namun masih di atas MA 125. Indikator stochastic bergerak turun dan berada di wilayah jenuh jual (oversold).

Indikator terakhir tersebut membuka peluang emas kembali menguat selama tidak menembus support (tahanan bawah) US$ 1.494.

Sementara jika support ditembus emas berpotensi turun ke area US$ 1.490/troy ons. Aksi profit taking akan semakin kuat jika emas menembus ke bawah US$ 1.490/troy ons dan berpotensi membawa harga ke US$ 1.484/troy ons.

Sementara selama bertahan di atas support, emas berpeluang naik kembali ke area US$ 1.500/troy ons. Berlanjutnya penguatan akan membawa emas menguji kembali level US$ 1.508/troy ons.

Sekedar catatan, emas merupakan aset yang memiliki atribut safe haven serta aset lindung nilai terhadap inflasi. Kedua hal tersebut lah yang digunakan dalam membaca arah pergerakan emas berdasarkan kecenderungan sentimen global saat ini.

Artinya jika situasi ekonomi dan politik global semakin tak menentu, peluang terus menguatnya harga emas terbuka cukup lebar.

Perang dagang AS-China ditambah dengan potensi currency war atau perang mata uang menjadi background pendukung penguatan logam mulia. Bank Sentral China (People’s Bank of China/PBoC) kembali ‘melemahkan’ nilai tukar yuan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Kemarin, Senin (12/08/2019) Bank Sentral China (PBoC) menetapkan kurs tengah yuan di CNY 7,0211/US$, lebih lemah dari akhir pekan lalu yaitu CNY 7,0136/US$. Dengan demikian sejak awal pekan lalu, yuan secara konsisten ‘dilemahkan’ hingga berada di level terlemah sejak Maret 2008.

Hal ini tentunya membuat pelaku pasar cemas currency war sudah di depan mata. Penasihat Perdagangan Gedung Putih Peter Navaro mengatakan, AS akan mengambil tindakan keras jika China terus mendepresiasi mata uangnya.

“Jelas, mereka (China) memanipulasi mata uangnya dari sudut pandang perdagangan. Jika mereka terus melakukannya, maka kami akan mengambil tindakan keras pada mereka,” tegas Navaro dalam acara Closing Bell di CNBC International, akhir pekan lalu.

Atribut kedua dari emas adalah aset lindung nilai terhadap inflasi. Ketika inflasi mengalami kenaikan tinggi maka daya tarik emas akan meningkat.

Sepanjang pekan lalu, ada empat bank sentral yang memangkas suku bunga, dan hampir semuanya memberikan kejutan di pasar. Bank Sentral Selandia Baru, India dan Thailand pada Rabu pekan lalu memangkas suku bunga lebih besar dari prediksi.

Sehari sesudahnya, giliran Bank Sentral Filipina menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps).

Kebijakan bank sentral di berbagai negara tersebut menunjukkan perekonomian global sedang mengalami pelambatan yang serius. Bank sentral melonggarkan kebijakan moneter guna menambah likuiditas di pasar.

Harapannya saat likuiditas bertambah, roda perekonomian bergerak lebih kencang, rata-rata upah meningkat, belanja konsumen naik, dan pada akhirnya inflasi terkerek naik.

Ketika ada ekspektasi percepatan laju inflasi, emas tentunya mendapat angin segar. Jumlahnya yang terbatas membuat emas menjadi instrumen lindung inflasi yang sempurna.

Meskipun harga emas global turun karena aksi profit taking, lain halnya dengan harga emas acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Pada perdagangan kemarin naik meski tipis Rp 2.000 (0,3%) menjadi Rp 700.000/gram pada perdagangan Senin ini (12/8/2019), dari Rp 698.000/gram pada Sabtu akhir pekan lalu.

Investasi Emas Jadi Pilihan Saat Ekonomi Dunia Bergejolak[Gambas:Video CNBC]Berdasarkan harga Logam Mulia di gerai Butik Emas LM – Pulo Gadung di situs logammulia milik Antam hari ini (12/8/19), harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram menguat menjadi Rp 70 juta dari harga akhir pekan lalu Rp 69,8 juta per batang.

Naiknya harga emas Antam itu tidak sejalan dengan harga emas di pasar spot global yang turun bertahap sejak akhir pekan lalu.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda. (hps)

Read More

About admin

Check Also

Heboh Mobil Toyota Kijang Innova Seliweran di Jalan Raya Inggris – VIVA – VIVA.co.id

Heboh Mobil Toyota Kijang Innova Seliweran di Jalan Raya Inggris – VIVA – VIVA.co.id

VIVA – Toyota Kijang Innova baru-baru ini heboh di media sosial, karena foto-fotonya sedang berjalan di jalan raya Inggris. Mobil berjenis Multi Purpose Vehicle, atau MPV itu juga menggunakan pelat nomor dari negara tersebut. Berdasarkan unggahan foto di Platesmania, dikutip VIVA Otomotif Selasa 21 September 2021, Kijang Innova berwarna hitam tersebut disematkan pelat nomor bertuliskan FXI0 MWC dengan warna dasar kaleng…