Denpasar
– Mobil ramah lingkungan seperti
, plug-in hybrid, atau electric vehicle, masih dalam tahap pengembangan, baik dari sisi regulasi, infrastruktur, maupun kesiapan industri komponen dalam negeri.
Salah satu upaya mengkaji reliabilitas dari kendaraan listrik sudah dilakukan Toyota yang bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian, dan enam perguruan tinggi negeri.
Kerja sama lintas sektor itu dilakukan sejak Juli 2018 lalu, yang melibatkan Universitas Sebelas Maret, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Udayana, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Indonesia.
“Pernah saya lagi nyopir, tapi pengguna jalan lain nggak sadar keberadaan saya dan mobil hybrid yang saya naiki. Jadi kaget mereka. Ini sering dialami pas jalan di sekitar kampus atau di jalan-jalan kecil di perkampungan,” ujar Dosen Fakultas Teknik UGM Made Miasa, saat ditemui detikcom, di Denpasar, Bali, hari Selasa (23/4/2019).
Menurut Made, kendaraan listrik yang nihil suara jadi salah satu isu utama yang dibahas oleh tim studi komperehensif kendaraan listrik UGM.
“Hal ini lah yang ke depan akan kami coba diskusikan. Karena kan sebenarnya ada peraturannya. Standar internasional itu kalau nggak salah suara minimal yang harus dikeluarkan kendaraan di jalan. Ini kan untuk warning sistem bahwa ada mobil lewat,” lanjut Made.
Lalu bagaimana solusinya?
“Bisa bikin artificial sound ya. Pada kecepatan berapa misalnya, itu mobil hybrid atau listrik otomatis bisa keluar suaranya. Seperti pakai speaker atau apa. Suara mobil listrik harus terdengar terutama ketika lewat jalan raya yang banyak pedestriannya. Karena di situ banyak pejalan kaki,” pungkasnya.
Tonton video Review BMW X5 xDrive40e M Sport: SAV Bermotor Elektrik:
(lua/dry)